WEDA – Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-35 Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng) pada Jumat (31/10/2025) di Pendopo Falcilno Weda, sukses menghipnotis ribuan pasang mata.
Pertunjukan tarian kolosal oleh Sanggar Kabata yang melibatkan ratusan penari, berhasil memukau undangan dan masyarakat yang hadir. Suasana haru dan bangga terpancar dari wajah para penonton saat menyaksikan setiap gerakan yang menggambarkan kekayaan budaya Halteng.
Tarian kolosal binaan Arman Alting yang juga Kaban BKPSDM Halteng ini menampilkan sebanyak dua tarian di antaranya Tarian Kene-kene dan tarian lala.
Selama tarian berlangsung salah satu pelatih Sanggar Kabata, Talha Alting yang juga ASN di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Halmahera Tengah, membacakan sinopsis tarian.
Sinopsis Tarian:
– Cokaiba: Ritual religi Pnu Pitel Were, Poton, Re Mobon yang selalu diadakan pada setiap tahun dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, pada zaman Adipati Mon Wele Mef, dikenal sebagai pangelas diri (Weda disebut Cogo I Pa, Poton disebut Ta I Pa, dan Maba dengan sebutan I Pa Ce).
– Tarian Kene-kene: Tarian tradisional dari Kabupaten Halmahera Tengah yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Awalnya tarian ini hanya ditarikan oleh sekelompok masyarakat yang bertujuan untuk menghibur diri setelah seharian bekerja, kemudian menjadi tarian yang tujuannya mendatangkan kegembiraan pada penarinya.
Tarian kene-kene berawal dari bunyi yang lahir dari hentakan piring dan cincin, dengan syair-syair pantun indah yang merupakan ungkapan hati, dan kehidupan.
Tarian kene-kene memiliki gerak yang lebih cepat untuk menambah semangat pada muda mudi. Saat ini tarian kene-kene tergolong tarian pergaulan dan dapat ditarikan pada acara formal ataupun santai, misalnya acara perkawinan, acara adat bahkan ditarikan secara massal.
– Tarian Lala: Tarian tradisional yang berasal dari tiga negeri bersaudara Weda, Patani dan Maba. Asal mula gerakan yang diperagakan dalam tarian ini bersumber dari sebuah hikayat yang berkembang di masyarakat Halmahera khususnya Weda, Patani dan Maba dengan terinspirasinya dari sepasang burung dara yang saling bercengkrama dan mengepak-ngepak sayapnya hingga menyentuh pasir.
Dalam perkembangannya tarian lala dijadikan sebagai tarian khas anak muda Halmahera Tengah dan dipelajari oleh semua penduduk.
Dengan demikian tarian lala dijadikan sebagai tarian penghormatan dalam komunitas masyarakat Halmahera Tengah hingga saat ini, tarian ini ditampilkan pada saat acara perkawinan penyambutan tamu maupun acara adat dan acara tradisional lainnya. Tarian Lala telah menjadi hak paten milik Kabupaten Halmahera Tengah sebagai warisan budaya tak benda (WBTB).












