Mungkinkah Sagu untuk MBG? Inisiatif MASSI di Ternate Menggali Potensi Pangan Lokal

TERNATE – Dr. (cd) Rajah Indrayana dari Masyarakat Sagu Indonesia (MASSI) memprakarsai diskusi bertajuk “Sagu untuk MBG, Mungkinkah?” di Warung Kopi Bang Ucu Aceh, Ternate.

Diskusi ini bertujuan untuk membahas potensi sagu sebagai bagian dari program makan bergizi gratis (MBG) yang digagas oleh pemerintahan Prabowo-Gibran.

Acara ini didukung oleh mantan staf Dinas PU Kab. Maluku Utara dan menghadirkan narasumber seperti Prof. Ahmad (Guru Besar UMMU), Dr. Anto Hoda (Ketua STPK Banau Halbar), dan Subhan Somola (ASN penggiat sagu).

Topik utama yang dibahas adalah penetapan sagu sebagai Program Strategis Nasional dan pemanfaatannya dalam program MBG dengan mengutamakan bahan baku lokal. Sagu diharapkan dapat direvitalisasi melalui program ini, mengingat alih fungsi lahan menjadi ancaman utama bagi kebun sagu di Maluku Utara.

Program MBG diharapkan menjadi momentum untuk pengembangan produk pangan lokal yang terjangkau, seperti beras analog dari sagu. Pemanfaatan sagu harus berkelanjutan, mengingat masa panen sagu baru bisa dilakukan setelah minimal 8 tahun.

Dr. Ir. Anto Hoda menekankan bahwa sagu sangat layak untuk MBG karena kandungan karbohidratnya setara dengan beras, bahkan lebih unggul karena kandungan seratnya yang tinggi.

Subhan Somola menyoroti perlunya pengaturan ketersediaan bahan baku untuk industri kecil sagu. Sagu sebagai penyedia karbohidrat perlu diatur sedemikian rupa sehingga ketersediaan bahan baku untuk industri kecil dapat bertahan dan tumbuh dengan baik.

Hal ini disebabkan karena di beberapa tempat, bahan baku mulai sulit didapatkan akibat alih fungsi lahan sagu. Dan tradisi makan sagu yang sudah ada saat ini, seperti mengonsumsi sagu dalam bentuk sagu lempeng dan papeda, juga perlu dipertimbangkan jika sagu akan dimasukkan dalam program MBG.

“Memang tidak harus setiap hari, setidaknya bisa berselang-seling dengan sagu dalam bentuk beras atau mie,” kata Subhan.

Sementara itu, Prof. Ahmad menekankan pentingnya riset mendalam tentang peran sagu sebagai pengganti nasi dan diversifikasi produk. Ia juga mengusulkan program “one day no rice” untuk menggalakkan kembali budaya makan sagu.

Para peserta antusias dengan usulan pembuatan industri sagu di Maluku Utara dan produk sagu instan. Diskusi dimeriahkan dengan suguhan aneka masakan sagu yang dinilai enak, mengenyangkan, dan menyehatkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *